Kamis, 24 Maret 2011

APORISME IBNU ATHA’ILLAH


Ibnu ‘Atha’illah dikenal dalam jagad pesantren sebagai pengarang masterpiece Al Hikam, sebuah kitab yang penuh rima dan kaya makna. Meskipun di pesantren kitab ini tergolong kitab berat dan hanya diajarkan di kalangan santri senior, namun melalui beberapa terjemahannya, orang awam pun bisa mengintip kedalaman makna Al Hikam. Salah satunya adalah buku Al Hikam, Rampai Hikmah Ibnu Athaillah yang disertai ulasan Syekh Fadhlalla Haeri, cetakan Serambi.

Pada covernya, KH Musthofa Bisri berkata “ Aporisme Al Hikam bahasanya luar biasa indah—kata dan makna saling mendukung, melahirkan ungkapan-ungkapan yang menggetarkan”.
Perhatikan salah satunya,

Tuhanku, kalaulah muncul kebaikan dari diriku, itu karena anugerahMu, dan adalah hakmu untuk memberkatiku. Dan kalau muncul keburukan dari diriku, itu karena keadilan-Mu, dan adalah hak-Mu untuk menuntutku,”

Sebuah kepasrahan total, namun sebenarnya di dalamnya muncul sebuah karakteristik yang sangat dinamis.
Dinamika lain muncul dalam aporismenya seperti berikut ini :

“ Tuhanku, bagaimana aku akan bertekad sementara Engkau-lah yang Menentukan? Tapi bagaimana aku tak kan bertekad sementara Engkau-lah Yang Memberi perintah?”

Bolehlah orang menyebutnya sebagai Jabariah, tapi bagaimana mungkin orang bisa mengelola jiwanya tanpa ada proses dinamik dalam spiritualitasnya?

Rabu, 09 Maret 2011

NU dan RADIKALISME

Jika ingatan kita tentang radikalisme hanya sebuah bayangan kekerasan yang akhir-akhir ini mendominasi wacana pemahaman tentang Islam, maka sepertinya kita harus mengkaji ulang mengenai arti dan makna radikalisme. Selama ini segala kejadian terkait terorisme seperti bom bunuh diri, peledakan tempat-tempat hiburan maupun pusat bisnis pemerintahan selalu menyisakan kesimpulan tentang betapa tidak beradabnya orang-orang yang mengaku beragama Islam dan menuhankan kekerasan sebagai cara mencapai tujuan. Ekspose media yang sering mempertontonkan massa beratribut Islam disertai acungan senjata tajam turut membentuk mindstream sebagian masyarakat tentang Islam dan kekerasan.

NU dan RADIKALISME

Jika ingatan kita tentang radikalisme hanya sebuah bayangan kekerasan yang akhir-akhir ini mendominasi wacana pemahaman tentang Islam, maka sepertinya kita harus mengkaji ulang mengenai arti dan makna radikalisme. Selama ini segala kejadian terkait terorisme seperti bom bunuh diri, peledakan tempat-tempat hiburan maupun pusat bisnis pemerintahan selalu menyisakan kesimpulan tentang betapa tidak beradabnya orang-orang yang mengaku beragama Islam dan menuhankan kekerasan sebagai cara mencapai tujuan. Ekspose media yang sering mempertontonkan massa beratribut Islam disertai acungan senjata tajam turut membentuk mindstream sebagian masyarakat tentang Islam dan kekerasan.