Minggu, 19 Desember 2010

The Glass Palace


Ini adalah sebuah kisah perang yang dibungkus roman antaretnik yang memilukan. Hanya saja kita tak sampai dipaksa meneteskan air mata, meski di tiap babak sebenarnya berisi tentang perjuangan dan anomali yang mencengkeram.

Berlanskap kejadian di awal PD I berlanjut ke PD II di Burma, Amitav Gosh dengan lincah mengajak kita menyusuri keindahan perkebunan Malaya, pegunungan di India sekaligus mengikatnya sebagai keterhubungan yang tak terelakkan dengan Burma.
Berawal dari perjuangan Rajkumar, pemuda sebatangkara asal India yang terdampar sendirian di Burma, kisah ini dimulai. Rajkumar melalui kepapaannya tanpa setetespun kesedihan dalam kata-katanya. Dengan dingin dia mendampingi saat-saat terakhir ibunya di sebuah perahu yang terdampar di pinggir sungai negeri Burma.

Saya Johnlah, seorang pedagang keturunan China, yang mampu menangkap semangat pantang menyerah dimata Raj. Sampai kemudian dia membimbing Raj hingga menjadi seorang dari beberapa pengusaha sukses keturunan India di Burma.

Bagian cerita yang seolah-olah hanya menempel namun justru membawa daya pikat sejarah adalah keberadaan keluarga raja terakhir Burma, Thebew dan permaisurinya Ratu Supalayat. Setting keruntuhan monarchi terakhir  Burma membuka sedikit sejarah aristokrasi Burma, selain dari wajah rejim militer yang kita kenal selama ini.

Dari sinilah kisah ini bermula. Perjuangan Raj dari seorang papa hingga menjadi pebisnis kayu yang sukses sebenarnya adalah perjuangan cinta. Pertemuannya dengan Dolly, perempuan cantik pelayan sang ratu, begitu mengenggam hati Raj muda, sehingga dia bertekad akan mendapatkan Dolly, sekalipun untuk itu dia harus menyeberang ke Ratnagiri di India,  tempat keluarga raja diasingkan akibat kekalahannya melawan Inggris. Raj membuat Dolly sebagai obsesi yang mendorongnya merubah diri dari seorang kacung menjadi maestro kayu. Baginya mata Dolly menyimpan kesunyian seorang papa, sebagaimana nasib yang menimpanya.

Perkenalan Dolly dengan Uma, istri kolektor distrik di Ratnagiri juga menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan. Sebab, orisinalitas Dolly dalam mensikapi keberadaan hidupnya menjadi sumber inspirasi Uma. Ketika pada akhirnya Uma memilih sikap independen dan membuat jarak dengan kolonial Inggris, hal itu terasa seperti sebuah perjuangan untuk sebuah orisinalitas. Sebab saat itu tidak banyak orang memilih sikap konfrontatif dengan imperium Inggris, apalagi perempuan.

Citra Uma adalah citra perjuangan perempuan India melawan kolonialisme sekaligus melawan kultur masyarakat patriarchal. Namun demikian, India cenderung tidak mempermasalahkan pemimpin perempuan, barangkali karena tradisi  kepercayaaan mereka banyak melibatkan dewa perempuan sebagai pemegang otoritas.

Posisi demarkasi antara India dan Inggris pula yang telah memerosokkan seorang Arjun –keponakan Uma- dari seorang pemuda brilian yang semula dianggap beruntung karena menjadi generasi angkatan pertama kesatuan elit inggris menjadi pecundang yang dipersepsikan sebagai pengkhianat negara. Sesi ini mengingatkan kita akan keberadaan Gurkha, tentara perang Inggris berasal dari bangsa India, yang telah ikut dalam pendaratan sekutu di Surabaya. Anomali Arjun mempertegas pendapat bahwa penjajahan Eropa atas Asia pada dasarnya adalah adalah konflik ras, dimana kebanyakan bangsa Asia sendiri tidak menyadarinya.

Novel dengan ketebalan 640 halaman ini mengisahkan kompleksitas kehidupan dimana konflik-konflik diciptakan dengan natural sekaligus dingin dan misterius. Seperti ketika putra mereka Dinu menderita sakit dan hampir merenggut nyawanya. Keadaan ini merubah persepsi Dolly tentang kehidupan selama ini. Dolly menjadi lebih spiritualistik dan pada saat yang sama dia mengabaikan Raj. Ketika pada akhirnya Raj berpaling sesaaat pada perempuan lain, Dolly lebih memilih untuk tetap bersama Raj dan tidak meninggalkannya.

Cinta memang tidak digambarkan dengan vulgar, melainkan lebih pada  pemahaman akan makna hidup. Cinta juga barangkali yang membuat Raj akhirnya merelakan Dolly menghabiskan sisa waktunya dalam kesunyian biara. Sesuatu yang menjadi obsesi Dolly semenjak wajah Burma hanya identik dengan cungkup pagoda setelah invansi Inggris.

Membaca novel ini seperti mengurai perjuangan cinta yang sederhana tapi penuh kesungguhan. Cinta pandangan pertama Raj mengubah sesuatu yang mustahil menjadi kenyataan. Amitav Gosh, novelis India, berhasil menggambarkannya dengan lincah dan piawai. Meskipun bukan novel terbitan baru (saya membaca cetakan tahun 2008), namun settingnya masih cukup aktual, terutama untuk kajian sejarah. Sepertinya guru sejarah harus membaca ini agar bisa bercerita tentang hubungan India (salah satu negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia di tahun 45) dan Indonesia.

Novel ini ditutup oleh sosok Dinu sebagai seorang fotografer yang mengabadikan profil Burma atau Myanmar terkini dalam citra perjuangan melawan rezim melalui foto-foto Aung Syan Syu Kii yang mendunia. Sebuah penutup manis yang menghubungkan rangkaian sejarah Birma dan kondisi terkini dalam sebuah negara yang dikuasai rezim militer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar